Cinta Dalam Sepiring Nasi Berdua

Foto: pixabay.com

nusiva.satuw.comCinta Dalam Sepiring Nasi Berdua. Antara makanan dan cinta tidak akan pernah bisa dilepaskan akan selalu mewarnai. Membangun hubungan yang erat banyak kcali berawal dari kesamaan minat pada makanan. Memiliki selera yang sama akan cepat memperekat hubungan dua insan yang saling mencintai. Keromantisan bermunculan saat kita seirama dalam memilih makanan yang tentu tidak menimbulkan perdebatan. Beberapa pasangan mungkin sampai hari masih meributkan tentang masakan istrinya yang terlalu asin dan pedas berlebihan sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan rumit. Kondisi ini sering terjadi pada masyarakat tradisional. Sedangkan pada masyarakat moderen sudah tidak terjadi karena telah dipengaruhi gaya hidup restoran, di mana kita sudah bebas memilih jenis makanan yang banyak tersedia.

Selain memiliki selera pada makanan yang sama, hal yang paling penting juga adalah momen menyantap bersama. Di sinilah kita akan merasakan keindahan hidup bersama, bisa bahagia dan selalu memuji masakan istri tercinta akan membuatnya semakin mencintai kita. Oleh karena itu, seorang istri dituntut untuk pandai memasak bukan malah mengandalkan warung, restoran dan kafe.

Ada saatnya seorang suami merindukan masakan istrinya dan sang istri merindukan suapan serta pujian suaminya ketika jarak merintangi. Di sinilah peran makanan sebagai perekat emosional yang kuat antara suami dan istri. 

Tak kalah penting juga bila menikmati santapan dalam satu piring berdua. Menyantap sepiring berdua memberikan kesan yang kuat dan romantis. Kita bisa saling menyuapi antara satu dengan yang lainnya. Sejatinya suami istri adalah satu jiwa dan tujuan dalam ikatan cinta yang mesti selalu disatukan oleh apa pun.
Dengan menyantap sepiring berdua telah membuktikan kalau cinta kita benar-benar menyatu, tidak ada keraguan dan rasa jijik. Kejijikan dan perbedaan telah melebur dalam nikmatnya sambal dan sate yang disatukan oleh sebuah piring plastik made in Indonesia. Dengan demikian tidak akan ada lagi batas yang akan menghalangi kita dalam menggapai kebahagiaan rumah tangga. Namun implementasi hal semacam ini agak susah terutama bagi pasangan yang tidak terlalu paham. Bila kita telah paham hal semacam ini barangkali akan semakin sakinah, mawaddah, dan warohmah.

Jangan pernah berharap bahagia bila persoalan makan minum saja diacuhkan dan dianggap remeh. Oleh karena itu seorang istri harus terampil di dapur, memasak, menyajikan, memahami selera dan saling mendukung. Maka nyatalah cinta kita sejati dalam sepiring nasi berdua. Bisa makan bersama dan tidak makan bersama adalah konsekuensi cinta yang selaras. Inilah landasan penting berkeluarga.

Kehidupan moderen memiliki landskap yang sedikit liar mengenai hubungan keluarga dan makanan. Sebut saja barangkali fenomena perselingkuhan dan cerai diakibatkan oleh suami sudah tidak senang dengan pelayanan di dapur, terbiasa makan di restoran dan akhirnya akan terjadi menikmati santap siang ditemani gebetan (pelakor). Ini merupakan hal yang banyak terjadi. Bila pelayanan istri di dapur cukup baik, maka suami juga betah di rumah dan selalu rindu pulang. Memang banyak sekali hal yang begitu sakral seputar dapur, masakan dan hubungan keluarga yang sering diabaikan oleh manusia masa kini.

Demikian uraian singkat kali ini. Semoga bisa bermanfaat. Tulisan ini sebenarnya merupakan analisa sosial di jaman doloe dan jaman now yang memberikan gambaran atas banyak permasalahan keluarga saat ini. Sejatinya kita perlu belajar tentang di masa doloe yang akan memberikan alternatif di jaman now lewat nasehat dan percontohan orang dulu-dulu.


Post a Comment for "Cinta Dalam Sepiring Nasi Berdua"